Gugur Yang Tak Lebur

 

Sudah menjadi tradisi, kalau selepas sholat iedul fitri masyarakat saling bersalaman dan meminta maaf. Tragis tapi indah. Tragis karena hal yang selayaknya bukan sekedar tradisi indah skarang sudah mulai dilupakan. Indah, setidaknya…masih ada juga masyarakat yang menyuburkan tradisi silaturahim itu.

Namun, disisi lain daerah kita. Pantasnya kita berucap istighfar atau bertasbih ya??? Ketika justru pagi melaksanakan ritual shalat ied dan bermaaf-maafan, kemudian merayakan dengan minuman keras nyampe teler. Trus..lokalisasi dibuka lagi…trus…dll. MENANG, sebenarnya makna Semoga kita mencapai kemenangan yang sering digaungkan itu menang dari apa??? Gugur dari Kewajiban….

Menang terbebas dari beban berpuasa yang kita akan malu melakukan maksiat terang-terangan atau menang dari kemampuan menahan nafsu yang kurang bermanfaat dan siap dipertahankan di berikutnya?? Melebur dosa ataw menabur dosa kalo gitu??

Atau ketika kita meremehkan kata maaf untuk orang2 yang tidak dekat dengan kita. Alesane, paling2 kita g punya dosa kok…coba deh di ricek lagi, jangan2 dosa kita dosa yang tak terlihat, semisal kritikan gini…eh orang itu norak ya..

Kan g da salahnya kalo kita menabur kata maaf, g rugi kok untung malahan. Kali aja barokah Allah dari orang itu!!

Memang kita harus mengakuinya bahwa saling memaafan yang terjadi kemarin, masih cenderang sebagai kebiasaan. Kita belum merasa bahwa itu sebuah kebutuhan…..Kebutuhan akan kemaafan orang di sekitar kita dan kemaafan Allah. Dan ternyata ketika kita sudah menjadikan maaf orang lain itu sebuah kebutuhan, insya Allah kita mampu menjadi hamba yang pandai bertaubat…n jadi hamba yang diampuni Allah, ya gak??? Semoga bukan sekedar menggugurkan tradisi para orang tua….tapi semoga tradisi yang meleburkan dosa.

Tapi yakinlah….janji Allah akan ampunan di Ramadhan itu tidak dusta. Keberuntungan besar bagi yang di kehendakiNya. Dan semoga kita tidak termasuk yang didoakan malaikat Jibril”…… semoga keburukan semata bagi umat yang tidak mendapat ampunaNYA selepas Ramadhan..”. na’udzubillah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

andai bisa diibaratkan daun kuning yang rusak

semoga berguguran berganti tunas baru

pada pergantian musim

yang awal dari kesejukan hujan

yang mampu melerai semua debu

yang melekat di setiap ruas ranting

yang membawa harapan hidup baru

 

dan pantaskah amarah itu masih terpendam

saat guguran daun kuning semarak

saat senyuman hijau menyeruak

menghempas segala dosa

menjelma menjadi manusia fitrah

 

ataukah skarang maaf hanya sebuah lisan

yang terucap pada air mata sesaat

hingga hujan pun masih enggan lepas

saat retakan luka semakin menganga

 

meski hanya sapaan tetesan embun

yang mengusir debu di lembaran jiwa

semoga maafmu melebur salah khilaf

Taqobbalallohu minna wa minkum.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tinggalkan komentar